Menu
Bandar_Udara_Internasional_Kuala_Namu Latar belakang pembangunanPemindahan lapangan terbang ke Kuala Namu telah dicadang sejak tahun 1991. Dalam kunjungan kerja ke Medan, Azwar Anas, Menteri Perhubungan saat itu, berkata bahawa demi keselamatan penerbangan, lapangan terbang akan dipindah ke luar kota.[2]
Persiapan pembangunan diawali pada tahun 1997, namun krisis kewangan yang bermula pada tahun yang sama kemudian memaksa rencana pembangunan ditunda. Sejak saat itu khabar mengenai lapangan terbang ini jarang terdengar lagi, hingga muncul momentum baru saat terjadi kecelakaan pesawat Mandala Airlines pada September 2005 yang jatuh sesaat setelah berlepas dari Polonia. Kecelakaan yang merungut nyawa Gabenor Sumatra Utara Tengku Rizal Nurdin tersebut juga menyebabkan beberapa warga yang tinggal di sekitar wilayah lapangan terbang meninggal dunia akibat letak lapangan terbang yang terlalu dekat dengan pemukiman. Hal ini menyebabkan munculnya kembali seruan agar lapangan terbang di Medan segera dipindahkan ke tempat yang lebih sesuai.
Selain itu, kapasiti Polonia yang telah lebih batasnya juga merupakan faktor direncanakannya pemindahan lapangan terbang.
Rencana pembangunan selama bertahun-tahun terhambat masalah pembebasan lahan yang belum terselesaikan. Hingga Jun 2006, baru 1,650 hektar lahan yang telah tidak bermasalah (telah diselesaikan sejak 1994), sementara lahan yang dihuni 71 kepala keluarga lainnya masih sedang dirundingkan, namun pada November 2006 dilaporkan bahwa Angkasa Pura II telah menyelesaikan seluruh pembebasan lahan.[3]
Menu
Bandar_Udara_Internasional_Kuala_Namu Latar belakang pembangunanBerkaitan
Bandar Raya New York Bandar Kluang Bandaraya Melaka Bandar Baru Bangi Bandar Miri Bandar Taiping Bandar Raya Mexico Bandar Bandar Tun Razak, Jengka Bandar Seri PutraRujukan
WikiPedia: Bandar_Udara_Internasional_Kuala_Namu